Iklan :

20 Desember 2011

Soft Selling komunikasi pada media iklan.


Sudah diatur dalama undang-undang periklanan tentang sebuah iklan untuk produk rokok ini. Dimana mereka tidak boleh melakukan kegiatan iklan yang bersifat hard sell (menjual langsung) terhadap produknya. Maka kita tidak akan pernah melihat sebuah rokok dipajang disebuah medium apapunn juga. 

Alhasil mereka berkomunikasi melingkar. Mereka mengambil satu bahasa komunikasi soft sell. Dimana dalam meraih satu pencapaian yang maksimal untuk sebuah iklan maka diperlukan daya kreatifitas yang tinggi.

Indonesia mempunyai satu dilematis yang tinggi terhadap produk ini. Disatu sisi ada yang menginginkan produk ini musnah dari Indonesia namun disisi lain produk ini juga merupakan sumber pendapatan negara yang cukup tinggi. 

Maka kita bisa mempelajari bagaimana mereka membangun satu komunikasinya dalam mengejar satu pencapaiannya untuk menjual. Iklan yang menggunakan cara soft sell akan sedikit lebih susah dibanding langsung menkomunikasikan produknya (hard sell). 

Itu sebabnya kita sering melihat mereka selalu berbicara gengsi, motivasi, keakraban dan lain sebagainya. Komunikasi dibuat sedemikian rupa agar orang dapat merasakan hal yang sama pada satu kondisi dimana mereka memainkan peranan emosional konsumennya. 

Yang pada akhirnya kita bisa melihat, sebagian besar menaruh posisi sebuah rokok merupakan life style dari sebagian orang. Kita tentu sudah terbayang rokok apa yang beredar di sebuah club malam dengan suasan gelap dengan iringan lagu lagu yang iramanya membuat goyang kepala. Dan kita sudah pasti bisa terbayang rokok apa yang beredar disatu pedesaan dimana cuaca selalu mengajak tidur jasad kita, dikarenakan udaranya sungguh sejuk sekali. 


Secara tidak sadar semua memang sudah tersegmentasi dengan gaya komunikasi pada iklan-iklan rokok yang sering kita lihat sehari-hari. Dimana pencapaian mereka sangat jelas selalu positioning brand. Mereka memainkan sebuah pesan dalam bahasanya yang terus mengganggu kita secara emosional, sadarkah anda ? 


Namun sisi kreatifnya kita bisa lihat mereka berlomba membuat satu iklan yang sangat kreatif untuk mencapai segmen dan pasar yang mereka tuju. Masing-masing mempunyai gaya sendiri-sendiri dalam beriklan. 

Bahkan selain produk rokok banyak produk lain yang menggunakan cara yang sama yaitu menggunakan bahasa soft selling untuk iklannya. Itu dilihat setelah terasa sekali yang ujungnya dari satu bahasa komunikasi soft sell ini membentuk satu komunitas. Dimana komunitas itu akan berdampak positif pada penjualan satu produk. 


Saya fikir iklan rokok merupakan barometer sebuah kreatifitas di Indonesia. Dimana kita bisa menyaksikan mereka berperang lewat iklan-iklan kreatifnya. Ini sangat terasa sekali kompetisi ala kreatif yang mereka tunjukkan kepada kita. 

Bagaimana dengan gaya komunikasi iklan anda ? 

Beminat untuk membuat sebuah iklan dengan cara soft selling, yang harus diperhatikan pada gaya soft selling ini adalah aktivasi dari akhir cerita komunikasi iklan-iklan mereka. Dimana kita melihat ujung dari bahasa komunikasi soft sellingnya adalah pembuatan acara. Dimana pada saat kita kita bisa melihat apa yang mereka jual dan produk apa yang mereka bicarakan sehari-hari yang menyapa kita disetiap jalan. 

Jadi jangan sampai membuat satu komunikasi soft selling yang kebablasan. Yang ujungnya menjadi soft target alias penjualan yang selalu soft saja sampai dipenghujung tahun. Bisa bahaya nanti perusahaan yang anda pegang materi kreatifnya. 

Ujung-ujungnya tetap pencapaian taget, kita harus pandai membuat akhir cerita dengan menjual (selling),  diujung cerita kita bisa melihat bahwa akan ada pengarahan masa kepada suatu produk akhir dari bahasa soft sellingnya. 



Salam Kreatif, 


@rie fabian 

0 comments:

Posting Komentar

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.